top of page

Kereta Pagi

Pagi itu, Malang lebih hangat dari biasanya. Seorang gadis kecil tengah duduk di sebuah gerbong di sisi rel. Sinar mentari yang muncul dari ufuk timur menghangatkan kedua kakinya yang mungil. “Bapak di mana, ya, Bu?” Tanya Cilik sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Dilihatnya gerbong-gerbong kereta yang mulai berumur, lalu matanya terpaku pada kawanan burung gereja yang terbang di langit kebiruan.

“Bapak masih siap-siap, sebentar lagi Cilik pasti bisa lihat Bapak,” tukas Ibu dengan nada yang lembut, berusaha meyakinkan.

Screen Shot 2022-07-22 at 20.23.35.png

Cardemile's Personal Photo Archive  | Ricoh GX -1 with Fujicolor C200 Film

Sudah tiga hari berturut-turut Cilik melihat Bapak berangkat dari stasiun, lengkap dengan jas berwarna oranye sembari berbicara kepada rekannya melalui protofon. Cilik sangat suka melihat Bapak berangkat kerja, karena Cilik tahu ketika Bapak pulang pasti membawa beberapa mainan dari kota-kota yang disinggahinya, bahkan di lain waktu Bapak seringkali mengajaknya untuk sekadar melihat ke dalam gerbong kereta dan mendongengkan cerita-cerita tentang penumpang yang ditemuinya.

Screen Shot 2022-07-22 at 20.21.58.png

Cardemile's Personal Photo Archive  | Ricoh GX -1 with Fujicolor C200 Film

“TUUUT! TUUUUT!” Cilik menoleh dengan semangat ke arah sumber suara yang terdengar sangat akrab, lokomotif kereta api mulai merayap di jalur tengah stasiun. Gerbong-gerbong besinya terlihat kokoh, saling mengapit satu sama lain, sebuah mesin raksasa, Cilik memandanginya dengan takjub. Seketika dicarinya sosok yang berada di sisi kereta, lalu bersorak kegirangan melihat seseorang yang dikenalnya, “BU, ITU ADA BAPAK! BAPAAAK!” jerit Cilik kegirangan. Namun, suaranya tenggelam di tengah derik besi dan deruan mesin kereta api. “BAPAAK!” jeritnya lagi.

Screen Shot 2022-07-22 at 20.29.35.png

Cardemile's Personal Photo Archive  | Ricoh GX -1 with Fujicolor C200 Film

Mendengar sahut-sahutan dari kejauhan, Bapak menoleh ke arah Cilik dari sisi rel kemudian melambai ke arahnya. Ia melihat Cilik tengah duduk samping istrinya sembari tersenyum, menatapnya dengan bangga. Seketika hati Bapak berdesir. “Tunggu, ya, Nak, Bapak pasti pulang.” gumamnya dalam hati.

CERPEN 01.jpeg

© 2022 by Frajna Puspita Firdaus

bottom of page